7 Kunci Sukses Kolaborasi Kerja antar Generasi agar Kinerja Meningkat

Seorang leader harus mengetahui apa saja kunci sukses kolaborasi kerja antar generasi di perusahaan. Ini mengingat perusahaan umumnya memiliki karyawan dari berbagai generasi seperti Gen X, Millennial, hingga Gen Z.

Kolaborasi antar generasi akan menciptakan lingkungan kerja yang inklusif. Perusahaan juga lebih mudah berkembang dan mencapai tujuan karena antar generasi saling bekerja sama tanpa menjadikan usia sebagai batasan. 

Adapun berbagai kunci sukses berkolaborasi antar generasi dalam pekerjaan bisa diketahui melalui penjelasan berikut.

Terapkan 7 Kunci Sukses Kolaborasi Kerja antar Generasi Ini agar Kinerja Meningkat!

Demi meningkatkan kinerja tim dalam mengembangkan perusahaan, berikut berbagai kunci sukses yang dapat diterapkan:

  1. Menemukan Kesamaan dan Menghindari Stereotip

Alih-alih berasumsi berdasarkan stereotip pada generasi tertentu, sebaiknya coba kenali secara personal setiap anggota tim. Temukan kesamaan yang bisa menyatukan tim agar tidak terjebak pada stereotip yang ada. 

Pastikan bahwa kita memahami esensi kolaborasi antar sesama anggota tim untuk perusahaan. Ini akan membantu tim terbebas dari kompetisi maupun individualis. Jadi, penting meluangkan waktu menjelaskan esensi kolaborasi sampai setiap anggota memahaminya.

  1. Menunjukkan Rasa Hormat

Masing-masing anggota tim dipekerjakan karena alasan yang valid. Setiap anggota juga membawa perspektif unik ke dalam tim. Leader yang memimpin tim harus bisa membentuk suasana agar anggota tim saling menunjukkan rasa hormat.

Terutama kepada anggota tim yang sudah senior. Penting untuk menghargai kontribusi mereka bagi perusahaan. Namun, jangan sampai melupakan potensi dari karyawan muda yang menjadi masa depan perusahaan. Jadi, tunjukkan rasa hormat dengan seimbang.

  1. Mematuhi Pedoman Komunikasi

Kunci sukses kolaborasi kerja antar generasi berikutnya adalah pedoman berkomunikasi. Ini mengingat bahwa proses awal kolaborasi cenderung tidak mudah. Antar anggota tim memerlukan waktu agar bisa sepenuhnya nyaman dengan satu sama lain. 

Itulah mengapa, kita perlu menyusun pedoman komunikasi agar proses adaptasi antar anggota tim lebih mudah. Beberapa pertanyaan berikut dapat membantu menentukan isi pedoman komunikasi perusahaan:

  1. Apa yang harus didiskusikan via email?
  2. Apa pesan yang harus dikirim via sistem pesan langsung?
  3. Apa informasi yang perlu dibagikan pada alat manajemen proyek?
  4. Kapan preferensi waktu rapat yang ideal?

Kita pun bisa menentukan pedoman komunikasi bersama agar seluruh anggota tim memberikan pendapatnya. Ini termasuk mengetahui kapan waktu yang tidak tepat untuk berkomunikasi yang didukung penerapan mode “Jangan Ganggu” agar dapat fokus bekerja.

  1. Melakukan Komunikasi Secara Terbuka

Kolaborasi akan efektif jika setiap anggota tim bisa menjadi diri sendiri ketika bekerja. Mereka akan lebih maksimal dalam berpartisipasi hingga berinovasi. Terlebih bila lingkungan kerja berfungsi sebagai forum untuk keterbukaan dalam berkomunikasi. 

Berkomunikasi secara terbuka juga jadi kunci sukses kolaborasi kerja antar generasi. Pastikan anggota tim bisa mengutarakan pendapatnya dengan perasaan yakin bahwa mereka akan didengar dan dihormati. 

Terutama jika pendapat tersebut berbeda dari pendapat mayoritas. Ini bisa menjadi peluang mendapatkan ide hebat untuk proyek perusahaan. Jadi, jangan sampai anggota tim memendam pendapatnya karena lingkungan kerja yang kurang suportif. 

  1. Menetapkan Waktu Khusus untuk Berkumpul

Waktu khusus yang digunakan untuk berkumpul dan melakukan aktivitas yang membangun sebagai tim juga penting dilakukan. Kita bisa memanfaatkan waktu khusus ini sebagai kesempatan saling mengenal anggota tim di luar pekerjaan.

Topik pembicaraan seperti tujuan hidup, asal mula, hingga pekerjaan sebelumnya cukup menarik untuk diangkat. Bila antar anggota saling mengenal baik di dalam maupun luar pekerjaan, maka mereka akan lebih cepat memahami satu sama lain. 

Ini menjadi kunci sukses kolaborasi kerja antar generasi yang wajib diterapkan. Saat ada proyek pekerjaan baru, komunikasi dan kolaborasi tim terjamin lebih efektif. 

  1. Menyediakan Pelatihan dan Pendampingan

Selanjutnya, kita bisa menyediakan pelatihan (training) dan pendampingan (mentoring) untuk memaksimalkan kinerja setiap anggota tim sesuai tanggung jawabnya.

Pelatihan harus bisa membantu setiap generasi lebih paham akan perspektif masing-masing anggota. Bentuk pelatihan pun beragam, mulai dari lokakarya, seminar, hingga belajar informal saat sesi makan siang. 

PasarTrainer menyediakan program Building Effective Collaboration Across Multi Generations yang ideal untuk mengoptimalkan kolaborasi antar generasi di tempat kerja. Pelatihan ini akan mengubah perbedaan generasi menjadi kekuatan perusahaan. Jadi, jangan lewatkan kesempatan ini!

Adapun pendampingan dapat dilakukan dengan memasangkan karyawan muda dengan karyawan senior yang sudah berpengalaman. Pendampingan ini akan menjadi cara ideal agar antar generasi saling belajar dan saling menghormati.

  1. Menggunakan Alat Kerja Bersama

Cara kerja sama terbaik untuk memudahkan kolaborasi adalah menggunakan alat kerja bersama. Sediakan sumber informasi pekerjaan yang terpusat agar pekerjaan tim bisa dilakukan pada tempat yang sama. 

Sebut saja file bersama di software seperti Google Drive. Ini akan memudahkan tim bila ada pembaruan atau penambahan informasi yang penting pada pekerjaan. Alur kerja pun menjadi lebih lancar dan minim hambatan karena tim melakukannya bersama-sama.

Tujuh kunci sukses kolaborasi kerja antar generasi tersebut akan semakin optimal dengan Pelatihan Leadership & Soft-Skills dari PasarTrainer. Temukan berbagai solusi agar kolaborasi pekerjaan antar generasi bisa mendukung perusahaan menuju kesuksesan. Pesan program lebih mudah hanya di PasarTrainer!


Referensi

emergenetics.com - Five Ways to Foster Collaboration in a Multigenerational Workforce


asana.com - Collaboration in the Workplace


sdhrconsulting.com - Managing a Multigenerational Workforce


www.linezero.com - Addressing the Generation Gap at Work