Memahami Manajemen Risiko dari Seri Film “Layangan Putus”


Kalau anda melihat seri film menghebohkan yang berjudul Layangan Putus, pasti anda akan terlarut dan ikut merasakan bagaimana potensi kejadian tersebut dapat terjadi dalam keluarga anda. Dalam tulisan ini saya tidak akan menambahkan drama dari kisah cinta segitiga Kinan, Aris dan Lydia yang cukup membuat resah dan menimbulkan ketegangan dibanyak rumah tangga. Namun, saya ingin mengulas drama ini dalam perspektif yang lebih serius yaitu Manajemen Risiko.

Manajemen risiko adalah disiplin keilmuan yang berkembang pesat dan menjadi esensial dalam berbagai bisnis, terutama disektor keuangan. Manajemen Risiko adalah suatu upaya dari setiap perusahaan untuk mengurangi atau memitigasi potensi kerugian akibat atau ketidak berhasilan dalam mencapai suatu tujuan. Untuk mengelola risiko, suatu perusahaan harus menjalankan suatu proses manajemen risiko yang berlandaskan pada kultur manajemen risiko yang baik. Kultur manajemen risiko ini tercipta bila terdapat kesadaran akan risiko (risk awareness) dari setiap pihak yang terkait dalam mengelola risikonya. Proses manajemen risiko umumnya meliputi empat aktivitas utama yaitu:

1. Identifikasi

2. Pengukuran (measurement)

3. Kontrol dan Mitigasi

4. Pemantauan (monitoring)

Kembali ke seri film Layangan Putus, Kita melihat bahwa risiko bukan hanya milik perusahaan yang berbisnis, melainkan sesuatu yang sehari-hari dapat terjadi pada siapa saja dan dimana saja. Manajemen Risiko sebenarnya dapat kita resapi dan kita aplikasikan di perusahaan dengan berkaca pada seri film ini.

Risk Awareness

Mari kita lihat bagaimana risiko yang muncul dalam kehidupan rumah tangga Aris dan Kinan ketika Aris mulai bermain api dengan Lydia. Kinan mulai merasakan tanda-tanda atau symptom yang berbeda dari perilaku sang suami Aris yang tidak seperti biasanya, seperti sering pulang malam, melanggar janji untuk bercerita kepada anaknya Raya saat menjelang tidur, bekerja dihari weekend, dan lainnya. Perasaan dan rasa curiga dari Kinan inilah yang disebut Risk Awareness, yaitu suatu instinct yang timbul akibat merasakan sesuatu yang tidak biasanya pada kehidupan atau apa yang kita kerjakan. Instinct ini akan terasah bila kita benar-benar menjalankan kehidupan atau pekerjaan kita dengan hati, sehingga kita akan selalu aware dan mendapatkan alert (peringatan) bila ada yang tidak beres. Risk Awareness merupakan suatu kondisi yang menjadi prasyarat/landasan dari suatu proses manajemen risiko yang efektif.

Identifikasi Risiko

Identifikasi risiko membutuhkan data dan informasi yang dapat dikaji dan diukur. Data dan informasi ini bisa diperoleh dari kejadian-kejadian bermasalah di perusahaan, meningkatnya complain dari konsumen, proses kerja yang lebih lambat atau tidak seefisien biasanya atau melalui hasil-hasil temuan yang dilakukan oleh auditor perusahaan.

Dalam seri film Layangan Putus, proses identifikasi dapat kita lihat dari bagaimana Kinan merasakan perubahan dari sikap dan kesibukan kerja Aris, juga dari komitmen waktu dan prioritas pada keluarga, gerak-gerik Aris ketika pulang dari tempat kerja, bahkan hasil konfirmasi dan pengecekan yang dilakukan Kinan atas pernyataan Aris mengenai kegiatan dan lokasi kerja. Semua informasi ini merupakan symptom atau tanda-tanda adanya risiko dalam rumah tangga mereka.

Pengukuran Risiko

Pengukuran risiko merupakan tahap kedua dari proses manajemen risiko. Apakah trend dari jumlah kejadian-kejadian bermasalah terjadi peningkatan, apakah inefisiensi menunjukan angka yang semakin memburuk, atau semakin banyaknya temuan-temuan dari audit terutama yang signifikan akhir-akhir ini? Pengukuran yang akurat atas data risiko umumnya membutuhkan parameter dengan satuan perhitungan yang dapat diukur dalam suatu periode tertentu misalnya:

· Jumlah dan dampak keuangan dari kejadian bermasalah,

· Jumlah berita buruk yang ditimbulkan dari kejadian bermasalah,

· Nilai penurunan kondisi keuangan,

· Jumlah karyawan yang berhenti bekerja; atau

· Jumlah temuan audit yang signifikan yang terjadi dalam suatu periode.

Dalam proses pengukuran data risiko ini, setiap perusahaan harus menentukan batasan dari jumlah masing-masing parameter untuk menentukan apakah tingkat risiko dari parameter tersebut masih tergolong rendah atau tinggi. Umumnya pengukuran ini berbentuk suatu metriks risiko yang memberikan informasi mengenai tingkat risiko dari parameter yang diukur berdasarkan jumlah kejadian dan dampak yang ditimbulkan.

Dalam film seri Layangan Putus, dapat kita lihat bagaimana Kinan mencatat dalam buku hariannya setiap informasi dari kejadian dan kejanggalan yang dia peroleh termasuk melakukan pengecekan atas statements Aris yang mencurigakan (walaupun tidak disebutkan berapa jumlah dan dampak kejadiannya). Hal ini termasuk ketika Kinan mengecek rekening koran yang menunjukan adanya pengeluaran yang besar untuk pembelian apartemen mewah senilai 5 milyar rupiah. Bahkan kehilangan anak dalam kandungan Kinan dapat merupakan bentuk dari kejadian risiko yang dialami.

Kontrol dan Mitigasi Risiko

Proses kontrol dan mitigasi dalam manajemen risiko adalah suatu proses yang sangat penting untuk menanggulangi potensi risiko untuk terus terjadi dan memberikan dampak negatif dimasa depan. Proses Kontrol dan Mitigasi risiko ini umumnya disesuaikan dengan tingkat risiko yang telah diukur dari proses sebelumnya. Kontrol dan mitigasi ini umumnya dilakukan untuk tingkat risiko yang cukup signifikan namun masih dalam batas yang bisa diterima oleh perusahaan. Bila tingkat risiko sangat kecil, umumnya perusahaan akan menerima risiko tersebut (Risk Acceptance), namun sebaliknya bila risikonya terlampau besar bahkan melewati batas risiko yang dapat ditoleransi oleh perusahaan, maka umumnya perusahaan akan mengambil tindakan untuk menghindari risiko tersebut termasuk tidak menjalankan bisnis terkait risiko tersebut (Risk Avoidance).

Dalam konteks seri film Layangan Putus, kita dapat melihat bagaimana Kinan berusaha mengontrol dan memitigasi risiko dengan menjebak Aris dan Lydia dalam suatu pertemuan yang tidak terduga yang dihadiri oleh mereka bertiga. Ditambah tuntutan dari Kinan untuk memperkarakan Aris dan Lydia ke Polisi. Tujuan dari pertemuan jebakan dan niat Kinan melaporkan mereka ke polisi ini adalah salah satu upaya untuk mengontrol perselingkuhan Aris dengan Lydia. Dengan harapan Aris dan Lydia menjadi takut dan menyadari kesalahan yang diperbuatnya. Proses ini sepertinya akan berhasil, terutama ketika Aris mengalami kecelakaan dan Kinan secara telaten berperan dalam proses penyembuhan Aris. Sampai-sampai Aris berjanji tidak akan meninggalkan Kinan dan akan menjadi seorang suami serta Ayah yang lebih baik bagi Kinan dan Raya.

Pemantauan (Monitoring) Risiko

Pemantauan risiko merupakan tahap terakhir dari proses manajemen risiko. Dengan pemantauan risiko, diharapkan kontrol dan mitigasi yang sudah dijalankan dapat berlangsung efektif untuk mencegah/mengurangi potensi keberlanjutan dari kejadian yang berisiko. Proses ini perlu secara seksama dijalankan untuk memonitor apakah efektivitas dari kontrol dan mitigasi terjadi dan apakah muncul risiko baru akibat dari upaya kontrol dan mitigasi yang dijalankan. Proses ini kemudian akan dilanjutkan dan kembali ke proses identifikasi dan seterusnya untuk melihat keberlanjutan situasi risiko dalam suatu perusahaan.

Dalam konteks seri film Layangan Putus, proses monitoring dilakukan secara seksama oleh Kinan selama proses penyembuhan, bahkan ketika Aris sudah mulai kembali bekerja. Namun dalam proses monitoring tersebut diketahui Aris kembali berselingkuh dengan Lydia. Bahkan muncul risiko baru dimana Lydia secara terang-terangan meminta kejelasan status agar dinikahi oleh Aris dan menantang Kinan untuk menyetujui pernikahannya dengan Aris tersebut. Aris terus berusaha untuk bertahan dalam kedua hubungan ini, sedangkan Kinan kemudian menjadi galau dalam menghadapi situasi risiko baru yang diluar dari toleransi yang dapat diterimanya. Seperti yang kita ketahui, pada akhirnya Kinan memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Aris (Risk Avoidance) melalui perceraian di pengadilan dengan menuntut hak asuhan atas Raya.

Jono Effendy
Teaches Banking, Credit Management, Risk Management and Corporate Finance